Rabu, 17 November 2010



Pertunjukan Tari Saman dari Grup Saman Universitas Padjadjaran (UNPAD), Bala Trisula Bethari. Mereka tampil sebagai pembuka acara Roadshow Jazz Goes To Campus, Paris Van Java, Bandung (16/11).


Multiple Orgasm Blues -- Salah satu penampilan Jazz ikut meramaikan Roadshow Jazz Goes to Campus. Grup Jazz ini berasal dari Universitas Padjadjaran dan merupakan pertunjukan Jazz pertama yang disajikan dalam acara ini.

Satu-satunya pemain Cello yang tampil di acara JGTC

Selasa, 16 November 2010

Roadshow Jazz Goes to Campus 2010

Bandung, Judapost – Selasa(16/11), Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) mengadakan sebuah acara Roadshow Jazz Goes to Campus (JGTC), untuk mengawali dan mempromosikan acara JGTC yang akan diadakan pada 28 November 2010. Acara ini merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh FEUI, bekerja sama dengan beberapa kampus negeri di Indonesia.

Acara Roadshow JGTC Bandung ini merupakan acara FEUI yang berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Hima Jurnalistik Fikom UNPAD) yang memiliki kampus di Dago, Bandung.

Roadshow JGTC diadakan di Paris Van Java (PVJ), sebuah Mall di Bandung yang juga merupakan media partner bagi acara JGTC. Bertempat di Sukajadi, Bandung, Mall ini dinilai merupakan tempat yang tepat untuk mengadakan acara JGTC oleh para panitia, karena PVJ dinilai merupakan Mall besar yang menjadi khas bagi kota Bandung.

Seminggu sebelumnya, pada Selasa, 9 November 2010 Roadshow JGTC juga di-selenggarakan di Lapangan GSG Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang. Dalam kesempatan ini, FEUI bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNDIP, untuk membuat Roadshow JGTC di semarang.

Acara JGTC di Bandung berlangsung dari pukul 15.45 sampai sekitar pukul 20.30 WIB. Persiapan acara Roadshow JGTC ini sempat terganggu karena adanya hujan yang turun sekitar pukul 15.00 WIB, yang mengakibatkan acara ini mundur dari jadwal yang sudah ditentukan. Seusai hujan turun, acara berlangsung kembali sesuai jadwal.

Panitia tidak mengadakan acara ini pada akhir minggu, dan memilih untuk mengadakannya pada hari kerja atau kuliah. Mengingat tujuan segmentasi penonton dari acara ini adalah kalangan muda dan mahasiswa, maka para panitia memiliki alasan untuk tidak menyelenggarakan acara ini pada akhir minggu karena khawatir para mahasiswa tidak berada di Bandung karena pulang ke daerah masing-masing.

Panitia Roadshow JGTC di Bandung terdiri dari 25 orang Mahasiswa Unpad dan 25 Mahasiswa UI. Wakil Ketua JGTC, Arsila Mahandari menyebutkan, pada tahun 2009 JGTC diselenggarakan di Intitut Teknologi Bandung (ITB), dan karena dinilai sukses di kota Bandung tahun lalu, Roadshow JGTC diadakan lagi di kota Bandung pada tahun ini, namun mengambil kolaborasi dengan kampus yang berbeda.

Pada tahun ini, mereka memilih untuk bekerja sama dengan Unpad yang terfokus lagi kepada Hima Jurnalistik Fikom. Awalnya, Roadshow JGTC akan direncanakan di Kampus Unpad Dipatiukur bekerjasama dengan Fakultas Hukum, namun karena beberapa kendala, panitia memilih untuk memindahkan lokasi acara ke PVJ dengan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi sebagai partner kerjasama.

Acara ini dimeriahkan oleh penampilan beberapa grup Jazz mahasiswa, seperti Multiple Orgasm Blues, sebuah Grup Jazz dari Unpad atau IT Jazz dari ITB. Beberapa grup Jazz yang lain seperti Kristian Darma and the Kriskruise dan Fortune Fever juga ikut meramaikan Roadshow JGTC ini.

JGTC mempunyai Tagline Unleash the Jazz Within. Tagline tersebut menjelaskan tentang semua orang yang memiliki jiwa Jazz, dan acara ini bertujuan untuk melepaskan (Unleash) jiwa Jazz dari dalam diri masing-masing individu, dan meningkatkan kepedulian dan ketertarikan dalam music Jazz. Mereka memiliki misi untuk memberikan kontribusi kepada musik Jazz.

Kebanggaan FEUI sebagai Universitas penyelenggara JGTC terbalaskan ketika acara ini masuk kedalam Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Festival Jazz tertua di Indonesia. Mengingat acara ini merupakan acara ke-33 yang telah diselenggarakan sejak tahun 1978.

Melihat kesuksesan di tahun-tahun sebelumnya, Wakil Ketua JGTC, Arsila Mahandari menuturkan harapannya agar acara ini tetap ada di tahun-tahun berikutnya, dan tidak berhenti di tahun ini demi kelangsungan Musik Jazz di kalangan muda.

Senin, 25 Oktober 2010

Car Free Day : Kebiasaan Baik Untuk Bandung

Biasanya Minggu pagi adalah hari untuk bermalas-malasan, namun Bandung memiliki hobi yang berbeda dan unik, setiap Minggu pagi semua orang bersiap-siap untuk berjalan-jalan pagi bersama keluarga, dan menikmati Car Free Day (CFD) yang ada di jalan Ir.H.Juanda (Dago). Setiap pukul 06.00 hingga pukul 10.00 WIB, Simpang Dago sampai Jl. Cikapayang menjadi pusat keramaian karena orang-orang dari setiap penjuru Bandung datang untuk menikmati jalan Dago yang bebas dari mobil.

Orang-orang biasanya mulai berdatangan pukul 07.00 WIB, dan menikmati CFD ini hingga pukul 10.00 WIB. Tidak hanya anak-anak muda yang hanya ingin berolah raga, para pedagang kaki lima, komunitas sepeda, bahkan promosi-promosi produk ikut meramaikan acara yang diselanggarakan setiap minggu ini.

Acara di hari minggu ini sudah menjadi kebiasaan bagi warga bandung. Biasanya mereka datang bersama keluarga, bersama pacar, dan beberapa sendirian, namun di sana-sini bisa dilihat orang-orang yang berjalan bergandengan tangan dengan anak-anak mereka. Banyak yang bermain sepeda dan sepatu roda, banyak juga orang tua yang bermain olahraga kecil seperti bulutangkis dengan anak mereka.

Ada juga senam yang diadakan di jalanan ini, biasanya para penikmat CFD ikut berpartisipasi dengan mengikuti senam-senam tersebut. walaupun mayoritas adalah orang tua, namun ada juga remaja dan anak-anak yang mengikuti senam kesehatan ini. dilihat dari jumlah orang yang mengikuti senam kesehatan ini, tampaknya warga bandung cukup antusias dengan senam ini.

Kebiasaan yang baik untuk warga bandung, selain mengingatkan warganya untuk berolahraga, CFD juga bisa menjadi ajang untuk mempererat hubungan antar keluarga, hal tersebut dikatakan oleh narasumber, Anwar (50), “Kalau bareng-bareng mah gak terasa”. Ia biasa datang ke Dago hampir setiap minggu bersama sanak keluarganya, kadang untuk berjalan kaki, kadang untuk ikut senam, atau kadang hanya duduk-duduk menikmati ramainya jalan Dago di hari Minggu. Ia juga mengatakan, “seharusnya car free day itu sampe Dago atas, jadi lebih enak”. Rasa kebersamaan di ungkapkan juga olehnya ketika ia berkata, sering mengajak tetangga untuk ikut serta berjalan bersama, jelas Ibu asal Cigadung ini.

Para pedagang kaki lima juga merasa diuntungkan dengan adanya kebiasaan baru kota Bandung ini, seperti kata Imam (32) pedagang kaki lima yang berpindah-pindah tempat dagangan, ia menuturkan bahwa biasanya pada Minggu pagi ia berjualan di daerah Gasibu, namun pada beberapa minggu terakhir ia mencoba berjualan di kawasan Dago, “kalo keuntungannya bagus ya jualan disini terus”, ucap pedagang donat keliling tersebut.

Kegembiraan CFD juga dirasakan oleh pasangan Caca (16) dan Ayib (19), kedua orang ini merasa senang dengan acara CFD ini, “biasanya sih buat olahraga, jajan atau ngeceng” tutur Caca. Ia sempat mengeluh tentang kecilnya jalanan yang digunakan untuk acara ini, ia mengatakan bahwa seharusnya jalanan yang digunakan mulai dari Simpang sampai Hotel Holiday inn Dago. Ia juga berkata waktu untuk CFD seharusnya ditambah sampai pukul 12.00 WIB, karena ia berpendapat tujuan dari CFD tidak didapat mengingat acara ini hanya diadakan sebentar. “Car Free Day ‘kan gunanya untuk mengurangi polusi, sayang dong kalo cuma sebentar, habis ini juga banyak polusi lagi” jelasnya. Tapi mereka tidak merasa terganggu dengan adanya acara ini, mereka senang dengan adanya acara ini, hanya saja mereka merasa belum cukup dengan acara yang diadakan tiap hari minggu ini.

Kebiasaan ini berlanjut tidak hanya untuk orang-orang yang ingin berolahraga, namun berlaku juga untuk toko-toko dan Factory Outlet (FO) yang dilewati oleh area CFD, biasanya mereka menyediakan musik-musik sebagai pengiring jalanan. Beberapa diantaranya juga berpromosi dan menyelenggarakan event-event kecil sebagai pengisi dan bentuk partisipasi mereka dalam acara CFD ini.

Walaupun dikatakan bahwa car free day seharusnya bebas dari para pedagang, masih terlihat para pedagang yang duduk langgeng di pinggir jalan, menjual minuman, makanan bahkan rokok. Masih terlihat juga beberapa pengendara motor yang “lepas” dari pandangan polisi dan melewati jalan yang digunakan untuk CFD. Pada awal dimulainya car free day juga terlihat masih adanya kendaraan bermotor yang melewati jalur sepeda, sehingga mengganggu pejalan kaki lainnya.

Beberapa keluhan seputar pedagang keliling disampaikan oleh Icha (17) dan Anggi (22), SPG suatu produk yang sedang mempromosikan produknya di acara CFD. Menurut Icha, acara CFD ini kurang tertib dengan adanya pedagang keliling di pinggir jalan. Sedangkan Anggi berpendapat bahwa bila acara CFD selalu seperti ini, para pedagang akan terus berdatangan dan menjadi ramai seperti Gasibu, yang sekarang penuh dengan pedagang kaki lima dimana-mana. Ia juga berpendapat, acara CFD juga sebaiknya diadakan di Cihampelas, yang menurutnya merupakan pusat kemacetan kota bandung. SPG yang biasa berpromosi di Gasibu ini sempat bercerita tentang biaya untuk mendirikan stand di area CFD, ia mengatakan hanya untuk kali ini ia berpromosi disini, karena biaya yang digunakan untuk sebuah stand mencapat satu juta rupiah sekali tampil, untuk minggu depan, ia tidak tahu-menahu akan meneruskan disini atau di tempat lainnya.

Kebiasaan yang sudah berlangsung enam bulan di kota bandung ini tampaknya sudah diterima dengan baik oleh warga bandung. Antusiasme masyarakat cukup tinggi dilihat dari banyaknya orang-orang yang meramaikan acara ini, walaupun beberapa narasumber merasa kurang dari segi ketertiban, sebagian besar merasa bahwa acara CFD ini adalah acara yang cukup baik, bahkan beberapa meminta untuk diperpanjang waktu dan daerahnya. Karena mereka berpendapat, CFD mampu memberikan tempat untuk berolahraga, jalan-jalan bersama, dan menikmati suasana pagi di kota kembang.

Minggu, 24 Oktober 2010

Foto Kemilau Nusantara 2010

Kemilau Nusantara 2010
22-24 Oktober 2010
Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat
Kenali dan cintai nusantara melalui helar kreasi seni budayanya

Sabtu, 23 Oktober 2010

Muda Berita Suka Cerita

Saya punya cerita, yang saya sendiri lupa sumbernya dari mana... yang jelas saya pernah dengar/baca dari seseorang/sesuatu... ceritanya mungkin agak beda dengan yang aslinya, karena saya sendiri agak lupa dengan ceritanya... bisa dibilang ini ceritanya, namun versi saya (tepatnya versi yang saya ingat)... kalau tahu siapa yang nulis/cerita, dan agak beda, maaf bukannya mau mengambil hak cipta atau plagiat, tapi ini niatnya cuma menceritakan ulang apa yang saya ingat.. iseng aja mau nulis sesuatu...
ini ceritanya (singkat aja ya) :

Ada dua orang sahabat yang sedang melakukan perjalanan jauh, sayangnya, dua orang ini melakukan perjalanan di tengah padang pasir yang terik dan panas. air yang mereka bawa sudah habis dan perjalanan mereka masih sangat jauh dan sejauh mata memandang hanyalah terik matahari dan kehampaan yang mereka dapatkan, namun di saat sedang kehausan, lelah, dan hampir menyerah, mereka melihat sebuah telaga air yang tampaknya sangat menyegarkan. cukup jauh namun semangat mereka membuatnya tampak dekat, mereka bahkan seolah memperoleh kekuatan untuk berlari kencang, semangat mereka timbul kembali.
tanpa pikir panjang kedua orang tersebut, lantas mendatangi telaga air di tengah tengah gurun pasir tersebut. telaga tersebut bukan lah fatamorgana, semua itu nyata. sesampainya di telaga itu, dengan gembira kedua sahabat ini meminum air telaga tersebut. Telaga tersebut memiliki air yang sangat jernih, dengan tumbuhan-tumbuhan hijau yang tampaknya sangat ajaib bisa tumbuh di tengah-tengah gurun pasir, bahkan terdapat beberapa pohon kelapa yang menghiasi telaga air tersebut. telaga yang cukup luas, dan kedua sahabat ini tidak membuang waktu untuk menikmati segarnya air telaga ini. airnya dingin, sejuk, mereka meminum, mandi, dan mengisi pundi-pundi air yang akan mereka gunakan untuk meneruskan perjalanan. serta beristirahat di bawah rindangnya pohon-pohon yang ada di sekitar telaga tersebut.
satu malam cukup untuk beristirahat dan meneruskan perjalanan untuk keluar dari gurun ini. saat mereka hendak pergi meninggalkan telaga ini, mereka menemukan sebuah tumpukan batu warna-warni yang berada tak jauh dari tempat mereka tidur semalam. warnanya indah, dan menarik sehingga mereka ingin mengambilnya.
namun, ada sebuah papan peringatan di atas tumpukan batu tersebut yang bertuliskan "yang mengambil batu ini akan menyesal, dan yang tidak mengambil juga akan menyesal".
heran dengan papan tersebut, kedua orang ini takut. orang pertama terlalu takut untuk mengambil batu indah tersebut, namun orang kedua mempunyai keinginan yang cukup tinggi untuk mengambilnya.
kedua sahabat ini berkelahi dan berdebat, satu ingin mengambil, satu melarangnya. sampai akhirnya orang pertama berkata "ambillah! dan terima akibat dari mengambil batu ini!"
"aku akan mengambil batu ini dan terimalah akibatnya apabila tidak mengambilnya!", jawab orang kedua.
sahabat ini melakukan hal yang mereka inginkan masing-masing. namun, orang kedua hanya mengambil sedikit karena takut dengan ancaman "yang mengambil akan menyesal", setelah usai membungkus batu tersebut, mereka akhirnya melakukan perjalanan pulang.

beberapa hari kemudian, dengan susah payah mereka akhirnya terbebas dari gurun pasir tersebut dengan sampai di ibukota utama daerah tersebut. tanpa buang waktu, sesampainya di kota mereka melakukan penelitian tentang batu tersebut. mereka penasaran karena tidak terjadi apa-apa pada mereka setelah melewati gurun pasir tersebut.
setelah penelitian yang cukup panjang, mereka menemukan sesuatu yang menarik! terdapat bongkahan emas di dalam batu tersebut, setelah ditaksir harganya, kedua orang ini menyesal...
orang pertama menyesal karena tidak mengambil batu tersebut...
orang kedua menyesal karena tidak mengambil lebih banyak...
sungguh tidak mungkin mereka kembali ke telaga yang tidak jelas berada dimana,.. dan penyesalan mereka hanya berakhir sia -sia...

Amanat apa yang kamu dapat dari cerita ini?
setelah saya tahu cerita ini, saya mengambil kesimpulan, bahwa
"kita tidak perlu takut dengan ancaman-ancaman di kehidupan kita, karena rasa takut tersebut tidak seharusnya dihindari, namun harus kita hadapi, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi..."
itu pendapat saya, bagaimana dengan anda?

Minggu, 17 Oktober 2010

Festival Jajanan Bango 2010

Sabtu, 16 Oktober 2010 yang lalu Bandung kembali didatangi oleh kecap bango dengan Event nya Festival Jajanan Bango, seperti tahun-tahun sebelumnya event ini berlangsung di Tegalega dan cukup meriah didatangi oleh para pengunjung.
Acara ini dimulai pukul 09.00 sampai dengan pukul 21.00, diisi dengan MC yang ada di panggung besar di tengah lapangan Tegalega, musik-musik, dan sedikit games atau permainan kecil lainnya, namun dibandingkan dengan keramaian di stand makanan, panggung terlihat lebih lenggang dan sepi. mungkin belum ada acara panggung yang besar siang itu.
Konsep acara yang disediakan oleh Bango sederhana, yakni ia mengumpulkan jajanan-jajanan yang terkenal di daerahnya, dan menjadi anggota dari kecap bango. Tentu saja para penjual jajanan ini harus menggunakan kecap Bango untuk semua masakannya.
Para pedagang jajanan pun cukup banyak, lebih dari 50 jajanan terkenal yang tersebar di daerah Bandung berkumpul di Tegalega untuk memeriahkan acara ini. Antusiasme pengunjung terlihat dari ramainya stand-stand yang didatangi, beberapa stand bahkan memiliki antrian yang sangat panjang.
Meja makan yang disediakan pun selalu penuh, di tengah keramaian pengunjung, ada banyak meja yang disediakan untuk para pengunjung, bila anda datang ramai-ramai dan ingin makan jajanan yang berbeda, maka meja ini dapat menjadi pilihan, karena ini disediakan untuk fungsi seperti itu. Namun bila anda memiliki selera yang sama, stand juga menyediakan tempat untuk duduk dan makan yang juga selalu ramai oleh pengunjung.
Harga yang ditawarkan juga bersahabat dengan kantong, semua harga yang ditawarkan tidak berbeda dengan yang dijual sehari-hari, hanya beberapa stand yang menjual sedikit lebih mahal, itupun hanya Rp. 1.000 lebih mahal dari biasanya, namun perbedaan harga ini tidak mengurangi keramaian dan antusiasme pengunjung.
Ada wilayah yang dinamakan Kampung Bango, di wilayah ini para pengunjung diperlihatkan bagaimana Bango menggunakan kedelai hitam pilihan sebagai bahan kecap, pengunjung pun bebas bertanya seputar kecap Bango. Untuk masuk ke daerah ini, pengunjung harus memiliki kupon yang didapat dengan membeli kecap Bango, meskipun seperti itu, antrian yang terjadi cukup mengejutkan, pengunjung tampaknya memiliki antusias yang tinggi untuk mengetahui hal-hal kecil seputar kecap Bango. Di pintu keluar Kampung Bango, pengunjung diberikan Topi sebagai kenang-kenangan dan pelindung kepala dari teriknya matahari saat itu.Pengunjungnya sendiri beragam, orang tua atau bahkan anak-anak ikut meramaikan acara ini, kebanyakan dari mereka datang bersama keluarga untuk makan aneka hidangan tradisional yang disediakan disini. Panas matahari tidak mengurangi minat mereka berkunjung ke Festival Jajanan Bango, hanya saja keluhan tampaknya datang dari keramaian meja makan. Beberapa orang terpaksa harus makan berdiri karena tidak kebagian kursi makan, tapi dilihat dari segi makanan dan pelayanan, tampaknya pengunjung cukup puas dan berminat untuk datang lagi pada tahun berikutnya.

Jumat, 15 Oktober 2010

Sekolah Broadcast

pernah gak sih kita dengar presenter radio yang ngomongnya asik banget?! saking asiknya kita jadi dengerin radio itu terus? perlu kita sadari kawan, industri Broadcasting berkembang cepat di zaman kaya gini, stasiun TV udah banyak, stasiun radio juga udah banyak, stasiun yang lain? ga tau deh...
nah kita harus tahu juga, kalo rata-rata anak muda sekarang sukanya langsung praktek, kalo di kasi teori malesnya minta ampun.... ckckck... biasanya kalo di kampus di kasih teori sama dosen, bawaannya tidur, ngobrol, BBMan kalo punya BB, main HP kalo punya HP (jaman gini siapa sh yg gak pny hp? kang somay juga puny
a), SMSan, macem-macem deh, kayanya mereka males banget kalo udah berhubungan dengan teori.
nah peluang-peluang dari sikap anak muda jaman sekarang ini dimanfaatkan oleh sekolah-sekolah broadcast yang menawarkan praktek langsung!! seru gak tuh? banyak sih yang kenyataannya lebih suka sama sekolah kaya gitu, soalnya kalo beberapa orang misalnya gak dapet universitas, sekolah broadcast masuk sebagai salah satu pelarian mereka. orang yang kuliah aja ikut program sekolah broadcast, gimana yang enggak?? sukur sehabis ikut program yang dikasih sama sekolah tersebut, tuh anak langsung dapet kerjaan. entah ngeMC, entah jadi penyiar, entah jadi tukang jualan kain di simpang dago (pikiran orng yg nulis lg gak jelas
), yang jelas anak muda yang udah kecebur dapet kerjaan biasanya malah males kuliah, toh mereka udah dapet duit? ya gak?
banyak program-program yang disediakan, ada yang cuma 3 bulan, ada yang satu semester, ada yang 20 tahun (yang 20 tahun jgn dipercaya, celetukan yang nulis aja ini mah). biaya yang disediakan pun beragam, gw gak tau pasti berapa-berapanya yang jelas ada lah, mengikuti program. contoh sekolah musik yang sudah di kenal itu DJ Arie broadcasting School, atau 99ers Broadcasting school (ngasi contohnya 2 aja ya, banyak sih, males nulisnya). bahkan, dunia broadcast udah punya komunitas sendiri! namanya IBC (Indonesia Broadcasting Club), komunitas kaya gini biasanya punya perwakilan di daerah-daerah, kaya jakarta, bandung, subang dsb. nah IBC ini sekarang juga punya sekolah Broadcast sendiri, namanya OneTune Broadcasting School, tempatnya di subang. gila ya? banyak banget kan? boro-boro yang ikut cuma anak komunikasi atau ilmu sosial di kampus, anak IT yang kerjaannya ngomong ama robot aja ikut sekolah beginian. anak SMA juga banyak. ckckck... anak muda jaman sekarang (gw anak muda jaman kapan uyy!) yang jelas, di era serba media ini, sekolah broadcast kayanya bisa jadi pilihan, soalnya hidup di dunia pertelevisian, peradioan, perMCan kayanya cukup menjanjikan kok... tinggal pilihan kita aja maunya gimana... hehe

Cerita sebelumnya